Banyak pakar teknologi yang mengatakan bahwa penggunaan gadget seperti komputer dan tablet sebagai media belajar mengajar adalah pilihan tepat. Tak jarang sebagian mengungkapkan bahwa apapun yang diajarkan, penggunaan tablet dan komputer di ruang kelas dapat membantu guru dan siswa dalam menyampaikan materi.
Benarkah?
Manfaat Tablet, Ponsel, dan Komputer Dalam Kegiatan Belajar-Mengajar
Sebenarnya para peneliti tidak memiliki jawaban pasti mengenai manfaat teknologi dalam pendidikan. Secara umum, memang perangkat elektronik menawarkan kelebihan seperti portabilitas, kemudahan mengakses materi bagi siswa dan kemudahan bagi penyedia materi untuk melakukan pembaruan (update).
Anggapan umum mengindikasikan, materi yang disertai gambar, audio, dan video dapat mempermudah siswa dalam belajar dan menangkap materi. Bayangkan Anda membaca sejarah Perang Diponegoro namun dilengkapi suara dan video. Bukankah Anda akan lebih cepat mengerti?
Masalah di Ruang Kelas Akibat Perangkat Digital
Secara umum, usia siswa menentukan seberapa besar manfaat gadget di ruang kelas. Sebagian besar anak usia 7 tahun tidak memiliki ponsel dan Anda masih bisa membatasi penggunaannya.
Namun hal ini lebih sulit dilakukan dengan anak usia 17 tahun, dimana keberadaan ponsel dan tablet di ruang kelas mudah dijumpai. Jika diintegrasikan baik-baik dengan kurikulum, siswa akan mendapatkan manfaat lebih. Dengan catatan perangkat tersebut memang digunakan sesuai peruntukkannya.
Perangkat yang tidak membantu proses belajar mengajar adalah gangguan. Ponsel dan tablet yang tidak terintegrasi dengan baik hanya akan jadi mainan bagi siswa. Coba tanya para guru yang sudah berurusan dengan Facebook, Instagram, Pinterest, Mobile Game, dan berbagai perangkat lunak yang terdapat di dalamnya.
Meskipun perangkat tersebut tersedia sebagai bagian dari kurikulum, penyalahgunaan tetap dapat terjadi. Terutama jika siswa-siswi lebih pandai dalam menggunakan teknologi dibandingkan pengajar.
Gadget Sebagai Media Penyampaian Materi
Bagi siswa, pembelajaran dengan media digital memiliki sejumlah kekurangan. Siswa yang tidak memiliki tablet atau komputer akan kesulitan mengakses materi belajar.
Berdasarkan penelitian yang dikemukakan oleh Daniel T. Willingham, profesor di Universitas Virgina, Amerika Serikat, anak-anak yang menggunakan media belajar digital memerlukan waktu lebih lama ketika mereka membaca buku di perangkat elektronik seperti e-book reader, laptop, tablet, atau ponsel. Mereka juga memerlukan waktu lebih lama untuk mengerti materi yang disampaikan melalui perangkat elektronik dibandingkan dengan buku teks biasa.
Professor Willingham menjelaskan, perbedaannya tidak signifikan namun cukup konsisten.
Siswa-siswi yang terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan mereka lebih suka membaca buku teks dibandingkan e-book.
Terlepas dari perkembangan teknologi, membaca melalui e-book juga dapat menyebabkan kelelahan mata berlebih. Beberapa produsen mempromosikan e-book reader atau PDF reader seperti Kindle, Tolino, dan Pocketbook.
Namun, penelitian mengungkapkan bahwa membalik halaman pada buku teks cetak lebih meningkatkan pemahaman membaca. Teks yang bergulir ketika membaca e-book dapat memecah konsentrasi dan pada akhirnya mengurangi tingkat pemahaman.
Membaca Melalui Gadget Untuk Hiburan
Berbagai perusahaan berusaha membuat perangkat yang menyamai kesan buku teks cetak. Mereka berusaha meneliti fitur kritikal pada desain perangkat mereka untuk meningkatkan kesan saat membaca.
Meski demikian, penelitian mengindikasikan bahwa masalah pemahaman yang dikemukakan di atas tidak ditemukan pada penggunaan perangkat digital ketika membaca buku ditujukan untuk kesenangan.
Bagaimana bisa?
Alasannya sederhana. Ketika Anda membaca buku secara elektronik hanya untuk menghabiskan waktu luang, tidak masalah jika Anda melewatkan satu atau dua poin yang tidak Anda mengerti.
Tapi ini berbeda ketika siswa-siswi harus mengerti materi yang diberikan kepada mereka. Ketika mereka membaca materi, mereka tahu bahwa aka nada ujian mengenai materi tersebut.
Adanya ujian mengenai materi yang disampaikan, menuntut siswa untuk lebih berhati-hati dalam cara mereka menyerap materi yang mereka baca.
Teknologi Sebagai Media Ajar Tidak Selalu Bisa Diandalkan
Di sisi lain, penggunaan tablet dan komputer sebagai bahan belajar mengajar juga harus diiringi dengan rencana cadangan. Tidak jarang teknologi berfungsi tidak seperti bagaimana mestinya. Diperlukan waktu untuk memastikan suatu runtutan sistem teknologi berfungsi dengan baik. Ini dapat memakan waktu yang tidak sedikit.
Tentunya tidak bijak untuk membuang-buang waktu siswa-siswi karena pengajar harus berkutat dengan teknologi.
Penggunaan teknologi di bidang Pendidikan dapat memberikan manfaat besar jika diiringi dengan integrasi kurikulum, didukung oleh teknisi yang profesional, siswa-siswi yang bijak dalam penggunaan sesuai pertuntukkannya, serta peran orang tua dalam menyediakan akses teknologi.
Artikel ini ditulis oleh Aicha Mahavikri pada 17 Agustus 2019.Referensi: Majalah Scientific American Mind Edisi September/Oktober Tahun 2016 Hal. 53