Edit Content

Hubungi kami

Kantor Pusat

Jalan Domba No.12 Makassar

Email:

alfatihsit@gmail.com

Telepon

085299659611

Sulit Tapi Insya Allah Bisa

“Sudah semester berapa ustadz?” Tanya dr. Adnan “Semester 5 pak” Ujarku “Semangat ya Ustadz, Kamu pasti bisa” Pertanyaan itu kerap kali terlintas dipikiranku, Beliau adalah orang yang begitu tulus memberikan dukungan untukku, terus mensupport agar aku bisa lebih baik, namun pada akhirnya takdir membawanya pergi tanpa menungguku mengucapkan “Pak, Saya sudah wisuda”.

Bagikan Artikel Ini

“Sudah semester berapa ustadz?” Tanya dr. Adnan

“Semester 5 pak” Ujarku

“Semangat ya Ustadz, Kamu pasti bisa”

Pertanyaan itu kerap kali terlintas dipikiranku, Beliau adalah orang yang begitu tulus memberikan dukungan untukku, terus mensupport agar aku bisa lebih baik, namun pada akhirnya takdir membawanya pergi tanpa menungguku mengucapkan “Pak, Saya sudah wisuda”. Tak pernah terlintas dibenakku bahwa aku bisa sampai dititik ini, aku yang dulunya tak banyak tahu, aku yang tak memiliki background seorang pendidik, aku yang lahir dengan latar belakang keluarga yang kurang mampu, aku yang diusia 13 tahun sudah pergi dari rumah, berjuang sendiri bagaimana menghidupi diri dan membantu orang tuaku. Jangankan mimpi menjadi guru, sudah bisa bersekolahpun rasanya sudah sangat bersyukur.


15 Tahun yang lalu…


Saat teman-teman sebayaku sibuk dengan urusan sekolahnya namun tidak denganku, aku sibuk bekerja menjadi tukang cuci piring di salah satu warung sari laut dengan upah 100 ribu perbulan. Lelahnya jangan ditanya, hampir setiap malam punggungku terasa mau patah, belum lagi saat Ibu mengunjungiku di tempat kerja, naluri seorang ibu yang selalu tidak tega melihat anaknya kesusahan membuat beliau kadang ikut serta membantuku hingga larut malam. Tiba suatu masa dimana aku merasa keberuntungan sedang berpihak padaku. Salah seorang dari teman Ayah menawarkan akan menyekolahkanku. Sungguh, hari itu menjadi bagian cerita dalam fase kehidupanku yang tidak akan pernah bisa aku lupakan.

Waktu demi waktu berlalu, kupikir setelah lulus SMP aku bisa melanjutkan sekolahku dengan mudah, namun rupanya aku harus kembali berjuang sendiri, aku menjadi marbot masjid untuk biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari, saat itu seseorang bertanya padaku “kamu bisa mengaji?” aku jawab “Tidak”. Beliau pun menawarkan agar aku bisa ikut belajar mengaji, kuterima tawaran itu dengan senang hati meski harus meredam rasa malu karena membaca iqro di antara anak-anak SD. Namun karena tekad yang kuat siapa sangka dalam kurun waktu 2 bulan aku sudah khatam dan lancar membaca Al-Qur’an hingga sesekali pengurus masjid memberikan amanah kepadaku untuk adzan ataupun menjadi imam masjid.

Setelah lulus SMA aku tidak berpikir akan kuliah, biaya masuk perguruan tinggi membuatku mundur perlahan. Aku memilih mencari pekerjaan sampingan di luar masjid, mulai dari berjualan parfum keliling, kurir galon, sampai pada pelayan warung makan yang menjadi pekerjaan pertamaku dengan gaji yang terbilang cukup fantastis untuk seumuran anak yang baru saja lulus SMA.

Disaat aku sudah mulai fokus bekerja seorang teman mengabarkan adanya kampus gratis yang letaknya tak jauh dari masjid tempat tinggalku. Tentu aku tidak ingin menyia- nyiakan kesempatan itu, gaji dari hasil kerjaku sebagai pelayan kubelikan buku-buku yang saat itu tak dicover oleh kampus, proses pembelajaran yang terbagi menjadi kelas pagi dan sore lumayan membuatku bernafas lega, artinya aku bisa menjalankan keduanya, kuliah sambil bekerja. Sepulang kuliah aku lanjut bekerja hingga pukul 12 malam, tak jarang saat proses perkuliahan berlangsung aku sering mendapat teguran dosen karena kedapatan tertidur dalam kelas. Tepat bulan ke-5 aku bekerja rupanya takdir Allah berkata lain, aku dipecat dengan alasan sering izin ke masjid, kuakui jika izin 15-20 menit memang tidaklah cukup karena tempat kerja dengan masjid tempat tinggalku berjarak sekitar 1 kilometer dan harus kutempuh dengan berjalan kaki sebab tak memiliki kendaraan pada saat itu, artinya aku menempuh sekitar 2 kilometer untuk kembali ke tempat kerja.



Aku sedih terlebih melihat kondisi orang tuaku, dimana saat aku aku berkerja aku bisa membantu meringankan bebannya tapi kali ini tak ada lagi, aku harus memulai dari awal lagi, aku mencoba menawarkan diri menjadi cleaning service di kampus, berjualan kerupuk saat jam istirahat, semua itu kulalui sampai pada puncak dimana akupun harus berhenti kuliah.

Aku kembali ke masjid, mengabdikan diri di sana, fokus menghafal dan mengajarkan anak-anak mengaji, ada kebahagiaan tersendiri saat melihat anak-anak mengaji itu sudah khatam. Mereka yang pada mulanya tak tahu kini giliran mereka yang mengajar teman- temannya. Aku berpikir betapa beruntungnya bisa menjadi guru, sepertinya guru adalah sebuah jalan pintas untuk sampai pada hadist “Jika seseorang telah meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga : sedekah jariyah, anak yang sholeh dan ilmu yang bermanfaat”. Mengapa? sebab sedekah jariyah, aku tidak bisa menjamin diterimanya apa yang aku sedekahkan. Anak yang sholeh? Tidak, aku hanya bisa membimbing anak-anakku kelak, hidayah yang menjadikannya sholeh tetap berada di tangan Allah. Lalu ilmu yang bermanfaat? Ya, di sinilah saya merasa bahwa menjadi guru adalah sebuah jalan pintas. Saya berharap bahwa setiap huruf yang keluar, setiap ilmu yang sampai pada mereka kelak menjadi sebuah jembatan yang mengalirkan pahala-pahala untukku sekalipun jasad ini telah tiada.

Ibarat bunga-bunga tidur, ketika terbagun mimpi itu hanya sekedar menjadi mimpi, entah kapan menjadi nyata. Dengan latar pendidikan pas-pasan, bisa menjadi guru mengaji di masjid sudah sangat membuatku bersyukur walau dari hati kecilku saat ingin menjadi guru seperti pada umumnya yang mengajar di sekolah-sekolah, bertemu puluhan anak dengan berbagai karakter yang berbeda. Tapi kata orang “Jangan bermimpi terlalu tinggi, nanti kalau jatuh akan sakit” padahal sekiranya mereka tahu kesuksesan datang dari mimpi serta harapan – harapan yang besar, sekiranya mereka melihat kebanyakan kesuksesanpun berawal dari mimpi dan harapan terus membara.

Tahun berganti tahun, siapa sangka hari ini aku telah menapakkan kaki di sebuah sekolah, sekolah yang bukan hanya tempatku mengajar melainkan juga tempat dimana aku banyak belajar. Mimpi itu rupanya kini telah jadi nyata. Aku dengan segala keterbatasan, tanpa bekal selayaknya guru yang lain memberanikan diri mendaftar sebagai guru dengan bermodalkan hafalan Al-Qur’an dan bahasa arab yang kudapatkan sejak kuliah meski tak selesai. Namun karena dukungan orang-orang hebat di sekitarku terutama dr. Adnan rahimahullah selaku ketua yayasan pada waktu itu akhirnya aku yang tak banyak tahu kini bisa belajar banyak hal. Beliau adalah sosok yang sangat mendukung ketika aku mengutarakan niat ingin kembali mengenyam bangku kuliah.

Dukungan yang diberikan oleh yayasan maupun teman sejawat membuatku begitu bersemangat. Aku terus berusaha agar kelak bisa menjadi guru Qur’an yang dibanggakan, aku mulai mengikuti pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan Al-Qur’an, aku meningkatkan hafalan-hafalan Al-Qur’anku. Mengupgrade ilmu-ilmu Al-Qur’anku dan Alhamdulillah ditahun ke-5 menjadi guru aku diberi amanah sebagai penanggung jawab Al-Qur’an, kini telah mendidik puluhan anak-anak dari wafa hingga Al-Qur’an, sudah menguji ratusan anak untuk naik jilid. Semoga dari puluhan hingga ratusan siswa itu kelak ada diantara mereka yang mengalirkan pahala-pahala untukku disaat terputus semua amalku.

Pada akhirnya, tak ada manusia yang gagal ketika dia telah berusaha, kegagalan hanyalah milik orang-orang yang berhenti berharap dan berusaha. Mungkin saja hasil dari usahamu akan membuahkan hasil dilain waktu. Tapi percayalah kerja keras akan selalu terbayar, setiap masa-masa sulit yang kau lalui akan mengajarkanmu bagaimana menjadi kuat dan terus berharap kepada Allah. Jadi tetaplah fokus pada jalan yang kau tempuh. Percayalah, tidak ada hasil yang menghianati usaha meski itu sulit tapi insyaa Allah bisa.

Teruntuk Pak Dr. Adnan rahimahullah,
Pak, ragamu boleh mati
Tapi tidak dengan mimpimu
Dia akan tetap hidup
Di tangan hangat seorang wanita tangguh
Wanita yang telah menjadi bagian separuh hidupmu
Pak, maafkan aku…
Atas harapan-harapan yang telah kau titipkan padaku
Maaf karena sebelum kepergianmu aku belum bisa membuktikan apa-apa
Aku bersaksi engkau adalah salah satu dari guru terbaik dalam kehidupanku
Jika kelak dihari kemudian engkau tak menemukanku di Surga
Semoga engkau berkenan mencariku di sebelah
Seperti pesan yang kau kirimkan padaku sebelum kepergianmu.

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore

Pendaftaran Peserta Didik Baru Online

Ber-Ikhtiar Mempersiapkan Diri Secara Dini Dan Holistik Di Sekolah Islam Terpadu Al Fatih​

Sekolah Islam Terpadu Al Fatih Makassar jenjang Daycare-TK-SD-SMP-SMA kembali membuka Penerimaan Peserta Didik Baru untuk tahun 2023/2024 mulai Bulan November 2022 hingga Mei 2023 (atau sampai kuota terpenuhi)

Our Expertise Is Best Earned Through Our Experience
Our Best Team For Your Any Advice For Your Education
×

Ahlan Wa Sahlan

di SIT Al Fatih Makassar! Silakan chat dengan Customer Assistance Officer kami untuk memulai obrolan. Anda juga bisa meninggalkan pesan di email kami

info@alfatihmakassar.sch.id

× Kontak Kami